Jumat, 03 Januari 2014

Holiday In Japan


Nama ku Naomi handrea, tapi temen panggil aku naomi. Aku Mahasiswi berumur 20 tahun jurusan Sastra di Universitas swasta Jakarta. Aku memiliki dua sahabat yang sangat baik, namanya Pevita dan Shiren. Pevita pecinta Kpop, dia suka sekali dengan boyband superjunior asal negri gingseng tersebut, hingga dandanan dan pakaiannya pun di tiru oleh Pevita. Aku adalah fans beratnya Taylor swift, dia merupakan artis serba bisa, dari akting, nyanyi, main musik, hingga menciptakan lagu-lagu yang sangat indah didengar. Kemudian Shiren, aku bingung dia suka dengan artis siapa, kehidupannya penuh misterius karena dia pendiam dan agak tertutup, tapi yang aku tau dia sedang naksir seorang cowo kece yang dulu satu kelas dengan dia. Kami bersahabat semenjak bertemu di sebuah Event kampus, saat itu kami baru menjadi partisipan di event tersebut, tapi semenjak itu kami mulai dekat dan makin akrab hingga saat ini.
Pevita dan Shiren adalah dua mahasiswi terbaik di kampus kami, mereka memiliki ipk tertinggi, tetapi jauh berbeda dengan aku. Meskipun seperti itu, mereka sangat menerima kekurangn ku. Kami beritga memiliki kesaaman, yaitu jalan-jalan atau traveling. Kami sangat senang pergi jauh ketempat dimana kami belum pernah kunjungi. Setiap libur semester, kami selalu pergi berlibur keluar kota, dan saat ini kami sangat ingin pergi ke Jepang. Jepang adalah plaining kami untuk berlibur, namun kami harus mengumpulkan uang dari uang saku kami. Berbeda dengan Shiren yang siap kapan pun kami pergi, karena Shiren anak orang kaya yang hartanya ngga habis tujuh turunan.
Liburan semester pun telah datang, dan uang hasil tabungan kami pun sudah sangat cukup untuk membeli tiket pulang pergi naik pesawat, bayar sewa penginapan, biaya makan, dan uang untuk memburu oleh-oleh. Kemudian kami membeli tiket ke jepang dan mengurus pembuatan pasport. Aku kira sanagt sulit membuat pasport, ternyata cukup mudah dan cepat.
Aku tak sabar menanti hari keberangkatan ku ke Jepang, rasanya ingin cepat-cepat sampai disana. Aku pun menyiapkan pakaian dan alat-alat yang aku butuhkan saat disana. Ternyata ribet dan banyak pula pakaian yang harus aku bawa, hingga koperku susah sekali untuk di resleting. Shiren memberi tahu kami apa saja yang sangat perlu dibawa, shiren telat memberi tahunya -_-. Karena pernah pergi ke Jepang, maka dari itu dia memberi tahukan kami keperlaun-keperluan yang akan di gunakan disana. Shiren juga menjadi pemandu kami selama di jepang, jadi kami cukup tenang, dan tak perlu takut nyasar, karena ada pemandu yang sangat di percaya, dan terlebih lagi Gratis hehehe...
Yiippppiiiiiii......akhirnya kami berangkat menuju Jepang. Raut wajah gembira dan antusias yang sangat besar membuat kami seperti orang norak. Kami pun sampai di Jepang, di setiap sudut bandara kami selalu berfoto-foto untuk mengabadikan moment yang sangat berharga hingga banyak orang melihat kami. “Ya namanya juga baru pertama kali ke jepang ya harus norak dong”. Setelah kami puas berfoto-foto, Shiren mengajak kami untuk pergi ke penginapan dekat bandara. Ternyata Shiren mengajak kami menginap di Hotel yang biayanya lumanyan mahal perharinya. Aku dan pevita saling melirik dan membuka isi dompet kami. Kami terdiam dan enggan berkata apa-apa. Pevita mendekati shiren dan membisikan Shiren “ren, uang gue dan Naomi ngga cukup untuk menyewa kamar di hotel ini, cari hotel yang murah aja yukk”. Shiren hanya tersenyum dan mengeluarkan dompetnya, dia memberikan uang sesuai dengan jumlah yang disebuatkan resepisonis hotel tersebut.
Kami pun di antar oleh pelayan hotel tersebut hingga sampai kamar pesanan kami. “berasa kaya di tipi-tipi hehehe”. Sesampainya di kamar aku dan Pevita membuka dompet dan mengganti uang penginapan tadi. Shiren menolak dan berkata “ sudah uangnya kalian simpen aja buat oleh-oleh, kemaren gue dikasih uang dari bokap, uangnya cukup kok untuk uang saku gue  selama di jepang, jadi kalian tenang aja, anggep aja ini hadiah dari gue”. Kami pun tersenyum, dan berterima kasih sambil memeluk Shiren. Karena sudah malam, kami tidur hingga matahari bersinar membangunkan tidur nyenyak kami.
Sinar matahari membangunkan kami, kami segera beranjak dari kasur dan melihat ke jendela. Wooowww pemandangannya sangat indah, aku baru menyadari mengapa shiren ingin tetap menginap di hotel ini. Dari jendela kamar, aku mengabadikan pemandangan indah yang mungkin tak bisa aku lihat setiap harinya.
Kami segera bersiap-siap untuk berjalan menelusuri kota tokyo. Wisata pertama kami yaitu, perjalanan perahu di Sungai Sumida. Menelusuri sepanjang sungai Sumida dengan menggunakan perahu merupakan wisata terpopuler di jepang, touris-touris dari mencanegara banyak yang berwisata ketempat ini.Kemudian kita pergi ke tempat selanjutnya dengan menggunakan kereta api, karena kereta di tokyo relatif singkat, jadi kami bisa cepat sampai ketempat wisata selanjutnya yaitu, musium Asakusa tempat wisata sejarah kota yang terdapat kuil dan kebun juga.
Setelah kami selesai mengambil gambar, kami bergegas kembali ke hotel untuk beristirahat. Di setengah perjalanan kami kelaparan, lalu kami memutuskan untuk menelusuri beberapa tempat makan, kami menari tempat makanan yang halal untuk di konsumsi. Kemudian Shiren menunjukan tempat makanan yang halal dan enak. Di tempat makan itu kami mengobrol hingga langit gelap, tak terasa sudah malam, dan kami harus kembali ke hotel.
Sesampainya kami di hotel, Pevita meluncur ke tempat tidur dan hanya dalam hitungan detik dia langsung tertidur pulas. Itulah kebiasaan Pevita, ketika dia sangat lelah, dia tidur tanpa mengganti bajunya, membersihkan muka, dan gosok gigi terlebih dahulu. Aku dan Shiren sepakat untuk mengerjainya. Kami berdua memang usil, tapi kami usil hanya pada Pevita, karna hanya dia lah orang yang bisa kami kerjai.
Shiren mengeluarkan bedak, dan kami pun menaburkan bedak ke wajah Pevita dengan perlahan. Kami tertawa kecil dan memotret Pevita yang sedang tertidur pulas dengan wajah penuh dengan bedak. Bisa bayangin dong bagaimana putihnya wajah Pevita yang seperti hantu yang suka nongol di tv.
pevita terbangun karena dia ingin membuang air kecil ke kamar mandi. Pevita berjalan menuju kamar mandi dengan mata seperti cici yang berkeliaran di mangga dua. Kemudian dia melewati cermin, dan kembali menegaskan cermin itu. Pevita pun shock dan berteriak hantu di cermin. Kami pun terbangun oleh teriakan Pevita yang sangat kencang, kami pun menghampiri Pevita dan tak lama kemudian pevita jatuh pinsan.
Kami pun berusaha membangunkan Pevita, namun Pevita ngga bangun-bangun. Kami panik, tetapi kami mendengar suara mengendur dari mulut Pevita. Hati kami lega ternyata Pevita hanya tertidur, kami pun kembali ke tempat tidur dan membiarkan Pevita tidur dilantai. Bukannya kami sahabat yang jahat, tapi kami ngga kuat menggotong pevita sampai ke tempat tidur,
Wisata selanjutnya kami pergi ke Osaka, osaka terkenal dengan Istana kaisar Toyotomi Hideyoshi. Istana yang tersimpan kebudayaan dan sejarah saat Kaisar Toyotomi dan generasi penerusnya tinggal di Istana itu. Di depan Istana kami melihat banyak bunga sakura, begitu cantik bunga sakura yang merupakan salah satu ciri khas negara Jepang. Karena memang hanya di jepang kami dapat menemui banyak bunga sakura.
Kami pun menkelajahi daerah kansai, osaka yang katanya sih hanya 90 menit dengan menggunakan kereta api kami puas mengelilingi daerah kansai. Ternyata benar, hanya 90 menit kami puas menjelajahi Kansai dan banyak sekali gambar keindahan Kansai yang aku ambil dari dalam kereta. Kemudian kami pergi ke objek wisata yang tak kalah seru yaitu, Floating Garden Observatory Osaka Aquarium dan futuristik.
kami sangat puas telah mengelilingi kota osaka  dan harus kembali pulang ke hotel, karena hari sudah gelap. Sepanjang perjalanan Pevita mengoceh dengan tindakan kami pada malam itu, dia jengkel dengan kami, tapi aku dan Shiren memberikan Pevita es cream sebagai bentuk perminta maafan kami atas kejailan yang telah kami buat. Pevita pun tergoda dengan es crem itu dan memaafkan kami. Wajah yang cemberut berubah menjadi wajah senang. Itulah Pevita, ketika dia marah dan kesal kepada kami, kami memberinya es cream. Hanya dengan es cream hati Pevita langsung mencair dan dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain dan melupakan kekesalanya.
Oohhh no... aku kesiangan, Pevita dan Shiren pergi entah kemana. Aku di tinggal di kamar sendirian, tapi aku ngga mau menghabiskan waktu ku hanya berdiam diri kamar hotel. Akhirnya aku memutuskan untuk nekat pergi berwisata sendirian. Setelah aku berjalan sedikit meninggalkan hotel, aku bingung harus berjalan kemana. Aku terus menelusuri jalan, dengan keras hati aku tetap berjalan dan enggan kembali ke hotel “emang hanya Pevita dan Shiren doang yang bisa pergi jalan, mereka sungguh tega tidak membangunkan aku dan pergi meninggalkan aku di kamar sendirian” gerutuku dalam hati sambil terus berjalan.
Aku tersesat, aku ngga atau berada dimana. Kemampuan bahasa jepang ku juga sangat buruk. Aku hanya bisa berkata “Hai”, “arigato”, dan “aishiteru” doang. Waktu begitu cepat, aku menyesal, dan berandai, kalau saja tadi aku ngga pergi dari hotel, pasti aku ngga akan tersesat seperti ini. Aku menangis, aku putus asa, dan aku selalu berpikiran yang bukan-bukan. Malu sih dilihat banyak orang, karena aku menangis sambil berjalan, seperti anak yang kehilangan ibunya.
Kemudian aku bertemu seorang laki-laki jepang, tampan, tinggi semampai, dengan style berpakaian alajepang yang menghampiri ku, dan berbicara dengan bahasa jepang. Aku menggeleng-geleng sambil bilalng “ aduhh mas ngomong apa sih, gue ngga ngerti”. Dia pun langsung menjawab “kamu turis asal indonesia ya (dengan logat jepang)”. Aku terdiam sambil melihat orang jepang itu dari atas kepala hingga kaki. Lelaki jepang “ nama ku satoshi, nama kamu?”, aku “nama ku Naomi, kok kamu bisa bahasa indonesia?”, Satoshi “aku pernah pertukaran study selama setengah tahun, dan kembali lagi kesana karena ada pekerjaan selama 2 tahun”, aku “ohhh pantesan ngomong bahasa indonesianya lancar (sambil tersenyum)”.
Aku pun mengobrol panjang dengan Satoshi di sebuah kedai kopi. Satoshi “kamu menginap dimana?”, aku terdiam, dan berusaha mengingat nama hotel tempat ku menginap, Satoshi “Naomi kamu kenapa diam?”, aku “ aku lupa dimana aku menginap, duhh gimana ini satoshi?(panik)”, satoshi “ kalau gitu bagaimana kalau kamu menginap semalam di rumah ku? Karena sudah larut malam dan kamu ngga tau dimana tempat kamu menginap”. Dengan penuh dengan curiga aku melihat satoshi, satoshi “ tenang saja, aku bukan orang jahat, giman?”
Mau ngga mau aku harus ikut dan menginapdi rumahnya. Ternyata rumahnya sangat dekat dengan kedai kopi tadi, aku dipersilahkan masuk, kemudian aku di persilahkan duduk oleh satoshi. Rumah satoshi sangatlah sepi, ngga ada satu suara pun yang terdengar. Padahal saat di rumah ku pada jam seperti ini, rumah ku masih ramai dengan suara ayah, ibu, dan adik-adik ku yang sedang bercengkrama di ruang keluarga. Aku “satoshi, dimana keluarga kamu? Kok sepi sih?”, Satoshi “ orang tua ku sudah meninggal, aku tidak mempunyai saudara, jadi aku hidup sendirian (sesaat menunduk)”, aku “ maaf ya satoshi, aku ngga tau (dengan raut wajah bersalah)”. Satoshi hanya tersenyum, satoshi “ayo aku antar kamu ke kamar”, aku menganggung sambil berdiri.
Satoshi sangat baik pada ku, dia mengajak ku untuk menginap dirumanya dan membayar makan dan minum ku di kedai tadi. Aku lupa kalau aku membawa handphone, karena saking paniknya aku, hingga aku lupa kalau seharusnya tadi aku menghubungi Pevita dan Shiren. Mungkin mereka sedang menghawatirkan aku. kemudian aku segera mengirim message kepada mereka. “Pevita dan Shiren yang unyu-unyu, maaf ya membuat kalian khawatir, tapi tenang aku berada di tempat yang aman, besok aku akan kembali ke hotel :D (isi sms)”.
Selamat Pagi.....pagi yang cerah untuk jiwa yang bahagia. Thanks God karena telah mempertemukan aku dengan pangeran ganteng asal negri sakura, sambil joget-joget dan bernyanyi. Satoshi mengetuk pintu dan berkata “ kamu sudah bangun naomi?(sambil mengetuk pintu kamar)”, aku terdiam, satoshi “naomi? Kamu sudah bangun kan? Ayo kita sarapan”, aku “iyaa..sambil berjalan dan membukakan pintu).
Setelah sarapan aku kembali ke kamar dan bergegas mandi. Aku mendengar suara dering dari handphone ku, seusai mandi, aku melihat ada dua sms, dan 10 missed call. Aku segera menelpon balik Pevita. Pevita mengangkat teleon ku dengan nada keras dia bilang “Naaaooomiiiiii lu dimana sih? Gue dan Shiren panik nyari lu”, aku “di rumah temen kok (merasa bersalah)”, Pevita “lo tau, kita nyari lu di setiap sudut tempat”, aku “iyaa.. gue minta maaf, abisnya gue kesel sama lu bedua kenapa pergi ngga ngajak-ngajak gue?”, pevita “kita Cuma sarapan di lestoran bawah hotel, karena kita bangunin lo, lonya susah di bangunin, ehh pas balik lo ngga ada”. Aku terdiam “Ohhh My God ternyata gue uda berburuk sangka sama mereka (bicara dalam hati)”. Pevita “naomii...”, aku “ehh iyaa iyaa ta, hotel tempat kita menginap apa ya namanya?”. Kemudian pevita pun memberitahu kan nama hotel tersebut.
Aku pun meberitahu Satoshi hotel tempat aku dan teman-teman menginap. Kami pun bergegas pergi ke sana hanya berjalan kaki. Satoshi bilang dari rumah ke hotel tersebut sangatlah dekat, kami menelusuri jalan sambil berbincang-bincang. Ternyata sangat jauh , tapi ngga apa-apa, dengan begitu aku bisa lama berduaan dengan satoshi. Mendengar dari cerita satoshi, aku jadi rindu dengan keluarga ku di jakarta. Satoshi bercerita kalau orang tuanya meninggal karena kecelakan mobil, dia di tinggal oleh orang tuanya pada saat umurnya masih 17 tahun, tapi satoshi tidak kekuranga apapun, kerena orang tua satoshi telah mendeposito semua uangnya. “Hmmmm berarti satoshi anak orang kaya dong, buktinya sampai sekarang dia ngga kekurangan uang sedikitpun” bicara ku dalam hati.
Kami pun telah sampai di hotel tempat aku menginap. Rasanya sedih berpisah dengan satoshi, aku juga ngga akan ketemu dia lagi. Tiba-tiba satoshi berbicara “boleh minta nomer handphone kamu dan alamat rumah kamu? Mungkin suatu saat aku kesana, aku mampir kerumah kamu”. Aku tersenyum dan langsung memberikan alamat rumah, email, twitter, facebook,dan no telepon ku. Kemudian kami berpisan di lobi hotel. Aku menuju lift, sedangkan satoshi menuju pintu keluar hotel. Sesekali aku menengok ke arahnya dan begitupun sebaliknya.
Sesampainya di kamar, aku di marah-marahin Pevita. Banyak kata-kata yang keluar dari mulutnya, hingga aku pusing mendengarnya. Shiren hanya menutup kupingnya dengan aerphone sambil memutar lagu dari handphonnya. Pevita berhenti mengoceh dan beristirahat. Shiren mengajak kami untuk jalan-jalan dan membeli oleh-oleh untuk keluarga di jakarta. Aku dan pevita bingung mau membeli apa saja untuk dijadikan oleh-oleh, shiren pun menunjukan barang-barang yang bagus untuk di jadikan oleh-oleh. Kami pun berbelanja untuk kebutuhan sendiri.
Setelah kami berbelanja oleh-oleh, perut kami pun bersuara meminta asupan makanan. Shiren mengajak kami makan di sebuah kedai kopi, aku jadi teringat saat bertemu dan berbincang dengan satoshi  di sebuah kedai kopi. Aku pun melamun membayangkan wajah satoshi yang sangat rupawan. Pevita dan Shiren mengagetkan ku hingga aku menyebutkan nama “satoshi”. Pevita dan Shiren curiga dan langsung menanyakan banyak hal seputar satoshi, seperti intel yang sedang bertanya-tanya pada si pelaku. Aku pun terpaksa menceritakan dari awal hingga akhir pertemuan ku dengan Satoshi.
Kami segera bergegas kembali ke hotel, karena besok pagi kami akan berangkat pulang ke indonesia. Aku, Pevita, Shiren mengemasi barang-barang kami ke dalam koper. Sungguh tak terasa, sudah hampir seminggu kami berada di jepang. Bagi ku ini seperti mimpi, bisa menginjakan kaki di negri sakura dan bertemu dengan Satoshi. Ini adalah liburan paling menyenangkan dan sekaligus pengalaman paling berharga sepanjang hidup ku. Tioba-tiba ada suara handphone ku berdering, ternyata sms ari satoshi. Dia hanya mengucapkan selamat malam, aku pun membalasnya.
Pevita dan Shiren kepo, dan membaca sms dari satoshi. Kemudian mereka meledeki ku hingga membuat pipiku memerah. Aku menunggu sms dari satoshi, tapi ngga ada satupun sms dari dia. Kemudian aku berinisiatif untuk memberitahu dia memalui sms kalau aku besok pagi akan pulang ke jakarta. Dua jam sudah aku menunggu balasan sms dari nya, tapi ngga ada sms darinya hingga aku tertidur.
Pagi ini adalah pagi terakhir aku berada di jepang, waktu begitu cepat kami lalui. Aku berjanji, jika suatu saat nanti aku mempunyai uang yang banyak, aku akan kembali ke jepang. Kami siap untuk berangkat, karena bandara sangat dekat dari hotel kami, jadi kami tak perlu terburu-buru untuk mengejar waktu. Hanya dalam waktu 10 menit kami telah sampai di bandara internasioanl Tokyo. Kami pun duduk manis di bandara untuk menunggu pesawat yang akan membawa kami pulang ke jakarta.
Aku melihat seorang lelaki berkaca mata hitam berjalan menghampiri ku. Aku pun menerka-nerka siapa orang yang berjalan ke arah ku. Saat lelaki itu sampai di hadapan ku, dia pun membuka kaca mata hitamnya. ternyata lelaki itu adalah satoshi, aku sungguh tak percaya dia datang menemui ku. Pevita dan Shiren pun meminta ku mengenalkan Satoshi kepada mereka. Mereka heran ternyata Satoshi lancar berbahasa indonesia, padahal Shiren sudah susah payah berbicara bahasa jepang.
Dua puluh menit lagi jadwal keberangkatan pesawat menuju indonesia. Aku, pevita, dan shiren bergegas ke ruang tunggu pesawat. Satoshi mengucapkan “selamat jalan dan hati-hati ya naomi”, aku “iya.. terima kasih (sambil tersenyum)”. Satoshi melambaikan tangannya pada ku, dan bergegas pergi ke kantor nya.
Welcome to indonesia...............sampai juga aku di jakarta. Ayah dan ibu sudah menunggu ku di luar pintu kedatangan. Aku, pevita, dan Shiren berpisah di bandara dan kembali pulang bersama orang tua masing-masing. Sesampainya aku di rumah, aku menceritakan semua kejadian selama aku dijepang. Mereka sangat antusias dan sesekali tertawa mendengarkan cerita ku.
Aku kembali melihat terbitnya matahari di jakarta, pagi semua penduduk jakarta. Aku sangat bersemangat kembali beraktivitas ke kampus. Berada selama hampir seminggu di jepang membuat aku rindu akan kota ini yang penuh dengan kemacetan, kepadatan penduduk, dan polusi yang mengganggu pernafasan ku.
Tiba-tiba ada satu pesan singkat dari satoshi yang hanya mengucapkan selamat beraktivitas. Aku sangat senang mempunyai teman seperti satoshi, karena aku memang ngga punya satupun teman laki-laki. Berbeda dengan Pevita yang sering gunta ganti pacar, dan shiren yang punya banyak teman laki-laki, hanya karena shiren anak orang kaya.
Lima bulan sudah aku berada di jakarta dengan aktivitas yang begitu padat, dan sudah tiga bulan juga satoshi ngga pernah sms aku lagi. Mungkin hanya teman singkat, mungkin juga dia sedang sibuk atau dia sudah lupa dengan aku. apapun itu aku merasa sedih karena aku harus kehilangan satu teman yang langka dalam hidup aku. aku melamun di sepanjang perjalanan dari kampus menunju rumah, sesekali aku melihat handphone ku dengan harapan ada sms dari Satoshi, tapi sayangnya hanya ada sms dari operator dan sms ngga jelas yang nyasar.
Saat aku sampai di rumah, dan mengetuk pintu. Ibu membukakan pintu rumah dan memberitahu kan kalau ada teman ku yang datang. Aku terdiam dan menerka-nerka siapa yang datang kerumah ku, aku pun datang menghampiri orang itu, saat aku menegaskan, orang itu adalah seoranga laki-laki, namun aku ngga punya teman laki-laki. Aku mencoba mendekatinya dan berdiri dihadapannya. Dia pun mendangakkan  kepalanya. Ohhhh My God.......ini mimpi atau nyata, jika mimpi cepat bangunkan aku Tuhan. Kemudian aku menepuk pipi ku, tarnyata ini nyata. Satoshi datang menemui ku, aku bingung mamu berbicara apa padanya. Dia pun hanya tersenyum dan bilang kalau perusahaan di tempatnya bekerja, mengutusnya ke indonesia dalam waktu yang belum bisa di tentukan.
Senang campur haru menghiasi wajah ku saat ini. Satoshi meminta ku untuk menemaninya berkeliling jakarta, Satoshi “naomi, kamu bersedia menemaniku selama berada disini?”, aku mengangguk kan kepala. Satoshi menceritakan kecintaannya pada indonesia, dulu dia sempat ingin tinggal selamanya di indonesia, tapi dia tidak bisa begitu saja meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya. Dia bilang dia tenang berada disini, dia menyukai budaya, kuliner, dan keramahan orang indonesia. Mendengar cerita satoshi, aku jadi semakin bangga tinggal dan lahir di indonesia.
Tiga bulan sudah satoshi berada di jakarta,banyak sekali waktu yang kami habiskan bersama. Aku telah menepati janji ku untuk selalu menemaninya kemanapun dia pergi, namun pekerjaannya di indonesia telah selesai. Satoshi harus kembali ke jepang, tapi entah kenapa  aku merasa sedih satoshi kembali ke jepang. Aku jadi teringat saat perpisahan kami di bandara internasional tokyo, seperti de javu. Cuma perbedaannya sekarang kami berpisah di bandara internasional sokarno-hata jakarta.
Pada akhirnya aku mendapatkan kabar kalau Satoshi datang ke indonesia, dan kali ini dia menetap di indonesia. Dia menjual rumahnya yang berada di jepang dan membeli rumah di dekat rumah ku “maklum followera setia gue hehe...”.hal yang mengejutkan lagi, satoshi berpindah keyakinan. Satoshi memeluk agama islam, karena dia tertarik dengan agama islam sejak dia melihat kami sekeluarga shalat berjama’ah.
Satoshi melamar ku, aku shock dan bingung harus menjawab apa. Aku diam, dan beranjak pergi tanpa sadikit pun bicara. Ternyata ibu dan ayah ku memang berniat menjodohkan aku dengan Satoshi, aku kesal, ku marah, satoshi sama sekali ngga pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku, dan tiba-tiba melamar ku di depan orang tua ku. Entah kenapa aku masih ragu untuk menikah dengan Satoshi, Karena aku masih punya banyak impian yang belum aku raih dan masih ingin bersama-sama dengan Pevita, dan Shiren. Kemudian Pevita dan Shiren memberi ku saran untuk meilih mana yang terbaik untuk ku.
Beberapa ghal yang mengejutkan ku, kedua sahabat ku menemukan cintanya. Pevita mendapatkan lelaki asal korea yang bernama Lee park Min, yang katanya dia berkenalan di media sosial dan baru bertemu dengannya tiga bulan yang lalu. Dengan cepat pevita dan pacar asal koreanya itu jadian, dan sepertinya mereka mengarah pada sebuah pelaminan. Kemudian Shiren yang akhirnya mendapatkan hati seorang lelaki yang dulunya sekelas dengannya, bernama Fathan. Fathan lelaki yang setia dan mencintai Shiren karena hatinya, bukan karena hartanya. Aku senang kedua sabahat ku akhirnya mendapatkan pasangan idela masing-masing. Sedangkan aku masih memikirkan lamaran Satoshi, aku memilih “ya”, atau “tidak”.aku memikirkannya hingga aku susah untuk tidur.
Aku pun menerima lamaran dari Satoshi, namun aku memiliki satu persyaratan yang harus dikabulkan oleh satoshi, yaitu menunggu ku hingga aku wisuda. Satoshi pun menerima persyaratan ku. Dengan begitu aku masih bisa pergi, hang out, jalan-jalan bersama kedua sahabat ku. Aku “Mau traveling kemana lagi kita??”, Pevita “ke korea yukk, kan gue mau nonton suju disana”, Shiren “mending ke eropa aja yukk, kan banyak sejarah islamnya disana”. Pevita “korea”, Shiren “eropa”, aku “ssstooopppp....udah mending kita ke semarang aja yukk (sambil tersenyum)”, pevita dan Shiren “wwhhaatttt?? semarang?, ngga maauuuu (dengan kompak dan nada tinggi)”.
Selesai